BELAJAR
Belajar
adalah pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan,dan
keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Tidak semua yang kita
tahu itu diperoleh melalui belajar. Kita mewarisi beberapa kemampuan-kemampuan
itu sejak lahir,dan tidak dipelajari. Ada bebarapa pandangan tentang pendekatan
dalam pembelajaran, diantaranya :
I.
Behavioral
Pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus
dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental.
Di dalam pandangan behavioral ini, ada dua pendekatan pembelajaran yaitu :
1. Pengkondisian
Klasik
Merupakan tipe pembelajaran di mana suatu organisme
belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam pengkondisian
klasik, stimulus netral diasosiasiakan dengan stimulus yang bermakna dan
menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Ada dua tipe stimuli
dan respon dalam teori pengkondisian
klasik Pavlov (1927) yaitu, unconditioned
stimulus (US) adalah sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respon
tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu,
unconditioned response (UR)adalah respon yang tidak dipelajari yang secara
otomatis dihasilkan oleh US, conditioned
stimulus (CS)adalah stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya
menghasilkan CR setelah diasosiasikan denganUS, dan conditioned respon (CR) adalah respon yang dipelajari
terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS
Contoh dari Pengkondisian Klasik
1.
Ketika saya sedang duduk, saya merasa
ada sesuatu di punggung saya, dan ketika saya lihat, ternyata itu adalah seekor
kecoa. Refleks saya langsung lompat,menjerit dan saya sangat ketakutan. Ketika
setelah beberapa hari ada sesuatu yang menyentuh di punggung saya , dan saya
refleks melompat dan ketakutan.
Disini
dapat kita ketahui bahwa Unconditioned Stimulusnya adalah seekor kecoa, dan
Unconditioned Respon nya adalah perilaku melompat, menjerit dan takut. Nah
sedangkan Conditioned Stimulus nya yaitu ketika ada sesuatu yang menyentuh
punggung saya dan menghasilkan Conditioned Respon seperti perilaku melompat,
dan ketakutan.
2.
Ketika saya sedang istirahat di dalam
kamar tepat pada malam hari, sedang terjadi hujan deras dengan diringi
petir. Saat itu saya sedang asik membaca
sebuah novel. Tiba tiba lampu padam dan petir tiba tiba datang dengan suara
yang begitu keras. Refleks saya teriak ketakutan dan menutup kedua telinga
saya. Selang berapa menit, lampu kembali hidup. Kira kira 5 menit setelah lampu
hidup petir tiba tiba menyambar dan saya berteriak ketakutan dan menutup telinga. Jadi setiap saya mendengar suara petir saya
refleks berteriak dan menutup telinga saya.
3. Pada sebuah tempat perkumpulan
orang-orang yang terkena
musibah bencana alam, orang-orang yang begitu melihat barang-barang bantuan
(sandang dan pangan) telah tiba akan segera berlari ke posko tersebut untuk
menerima atau merebut bantuan tersebut. Lalu, seterusnya pada hari-hari
berikutnya mereka menyadari bahwa tak lama setelah helicopter lewat, bala
bantuan akan segera sampai di posko. Jadi, mereka pun akhirnya berinisiatif ke
arah posko tak lama setelah ada helicopter yang lewat.
4. Ketika saya masih kecil, saya suka
mengganggu seekor katak. Tapi,setelah saya dikencingi yang menyebabkan kulit
saya menjadi gatal-gatal, saya mulai menjauhinya. Setelah beberapa saat, jika
kulit saya tersentuh kulit katak ataupun tersentuh sesuatu yang bertekstur
seperti kulit katak, maka saya refleks akan langsung menjauhinya.
5. Saya adalah penyuka makanan seafood,
terutama udang. Tetapi Saya pernah mual ketika saya telah memakan udang. Kemudian,
untuk beberapa saat ketika saya melihat udang dan seafood lainnya, saya refleks
merasakan mual kembali. Semenjak saat itu, saya tidak berani untuk memakan
makanan seafood lagi.
Merupakan
bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan
perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi.
Contoh dari Pengkondisian Operan
1. Saya
memiliki adik laki laki yang berumur 13 tahun. Saat ini adalah masa masa puber
nya. Saat itu saya mendapati dia sedang bermain dengan anak anak yang seusia
dengan dia. Dan mereka bermain sambil mengotori rumah. Saya geram dengan
kelakuan mereka. Saya menasehati mereka, kalau bermain itu jangan mengotori
rumah. Kalau mereka masih bermain sambil mengotori rumah saya tidak akan
memberikan mereka kue yang saya buat sendiri. Dan besoknya mereka tidak
mengotori rumah lagi. Dan tentu saja kuenya saya beri ke mereka. Dan ternyata
ketika saya tidak memiliki kue untuk di berikan kepada mereka, mereka tetap
tidak mengotori rumah.
2. Seorang
anak yang malas belajar, ketika ia dijanjikan oleh orangtuanya jika ia rajin
belajar dan mendapatkan juara kelas, maka ia akan mendapatkan sepeda baru yang
sangat diinginkannya. Maka anak tersebut belajar dengan rajin dan mendapatkan
juara kelas yang akhirnya ia diberikan sepeda baru oleh orangtuanya
Anak tersebut diberikan penguat
positif sehingga ia melakukan kegiatan belajar yang berulang-ulang agar
mendapatkan reward sepeda baru oleh orang tuanya.
3.
Ketika
SD, saya memiliki seorang guru yang biasa disebut bu Regar,orangnya sangat
penyabar dan penyayang,dia selalu membujuk dan menyarankan kepada para muridnya
untuk belajar dengan giat,dia memberikan motivasi yang membuat murid-muridnya
jadi lebih bersemangat. Bukan hanya itu saja,setiap anak yang rajin dan pandai
juga akan diberikan reward,jika kita mampu menjawab pertanyaan yang ia
berikan,maka kita akan pulang lebih awal dibanding teman-teman kita yang
lain,kondisi seperti ini membuat anak-anak jadi lebih bersemangat dan lebih
antusias.
4. Saya
malas menulis dikelas, ketika guru mendiktikan sebuah pelajaran saya berpura
pura menulis, namun hal itu diketahui oleh sang guru dan memberikan hukuman
yang memalukan bagi saya, dan itu menjadikan saya malu jerah. Kemudian di lain
hari ketika guru tersebut kembali mendiktikan pelajaran saya menulisnya dengan
benar agar tidak di hukum kembali.
5. Saat SD jika saya mempunyai nilai
sembilan di raport. Orang tua saya akan memberikan imbalan setiap satu angka
sembilan yang saya miliki dengan imbalan uang. Itu membuat saya bersemangat dan
dan lebih giat dalam belajar.
II.
Kognitif
Merupakan
proses belajar dimana yang menekankan pada efek pikiran terhadap perilaku.
Pendekatan ini berusaha mengubah konsepsi berpikir, meperkuat keahlian
seseorang dalam menangani sesuatu,meningkatkan kontrol diri, dan mendorong
refleksi diri.
Contoh Kognitif
1. Ketika saya SMA Saya
mempunyai seorang teman yang terkenal di kalangan guru dan mendapat juara
paralel (juara umum). Kemudian saya, memperhatikan bagaimana cara belajar dia.
Ternyata berbeda saya. Dia sering membahas-bahas soal dan karenanya dia sering
menjawab pertanyaan dari guru. Saat SMA, kalau ada murid yang rajin dan bisa
menjawab pertanyaan maka aada nilai plus bagi si murid. Oleh sebab itu, saya
meniru cara belajar dia. Sebelumnya cara saya belajar itu adalah merangkum
apa-apa saja yang dikatakan guru di kelas dan merangkum jawaban-jawaban dari
pertanyaan guru. Saya pun lama kelamaan menjadi suka membahas-bahas soal, baru
merangkum jawabannya dan membandingkannya dengan apa yang telah dijelaskan oleh
guru. Akhirnya saya pun mendapat nilai yang baik dan bisa mendapat ranking di
kelas. Walaupun tidak paralel. Dan sebagian besar guru mengenal saya juga.
Dari kejadian tersebut, dapat dirasakan bahwa saya
me’modelling’ teman saya. Tampak proses kognitif yang saya lakukan dalam meniru
dia. Yang pertama, saya memperhatikan (attention) bagaimana cara belajarnya.
Selanjutnya saya mengingat dan memahami (retention) bagimana cara dia belajar,
lalu menerapkan cara belajar dia (reproduction) ke dalam diri saya. Dan yang
menjadi motivasi saya adalah mendapat nilai dan dikenali oleh guru-guru saya.
2. Ketika
seorang mahasiswa di bebani begitu banyak tugas dan dia tidak dapat memanajemen
waktunya dengan baik, dia akan merasa stress dan merasa bebannya sangat sulit
untuk diatasi. Namun ia melihat temannya yang memiliki beban yang sama namun
masih bisa bersenang senang dan tugasnya terselesaikan dengan baik. Kemudian
dia berfikir untuk mengubah perilakunya, ia bersemangat dan mulai memperbaiki
perilakunya. Dan sekarang ia merasa mulai membaik dengan perubahannya tersebut.
3. Ketika
seseorang mengalami penyakit parah, hari-harinya hanya dihabiskan untuk
menyendiri dan meratapi diri sendiri. Namun, ia tidak sengaja bertemu dengan
seseorang yang memiliki penyakit yang sama parahnya dengan dirinya. Tetapi,
orang tersebut terlihat berbeda, ia lebih bersemangat dan lebih berbaur dengan
orang-orang di sekitarnya. Kemudian ia berpikir untuk mengubah perilaku nya, ia
merasa bersemangat ketika melihat orang tersebut. Ia mulai melakukan hal yang
sama yaitu dengan me’modeling’ perilaku orang tersebut, dari tidak meratapi
diri sendiri, dan mulai berbaur dengan orang-orang di sekitarnya. Dan sekarang
ia merasa mulai membaik dengan perubahannya tersebut.
4. Saya
memilki keponakan kecil yang berusia 3 tahun. Saat itu saya membawa dia jalan
jalan keliling kota. Dan saat perjalanan terakhir kami singgah di pantai. Dan
saya mengeluarkan hp saya untuk foto. Saya memfoto keponakan saya ini. Awalnya
ia hanya bergerak kesana kemari. Tetapi saat ia bermain pasir, ia melihat ada
segerombolan anak remaja sedang berkerumunan dan wefie. Mereka terlihat bahagia
dalam wefie tersebut. Kemudian keponakan saya ini menghampiri saya dan meminta
hp saya. Awalnya saya bingung dan tidak memberi hp saya. Dan saat itu dia
menunjukkan gerombolan remaja tadi. Dan mengatakan poto poto. Akhirnya saya
mengeluarkan hp dan berfoto. Apa yang dia lihat ketika si remaja tersebut
berfoto dengan berbagai gaya dan ia meniru semua gaya berfoto mereka. Dan tiba
tiba dia mengambil hp saya dan selfie sendiri sama seperti apa yang mereka
lakukan.
Dari kejadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
keponakan saya telah “memodeling” remaja tersebut. Tampak proses kognitif yang
keponakan saya lakukan dalam meniru remaja itu. Yang pertama, dia memperhatikan
(attention) mereka wefie ( we selfie). S lanjutnya keponakan saya mengingat dan
memahami (retention) bagaiamana cara mereka bergaya, lalu menerapkan cara
bergaya mereka (reproduction) ke dalam dirinya.
5.
Seorang anak kecil yang
tidak bisa bermain sepeda, berniat untuk belajar naik sepeda, tapi setelah
beberapa saat ia terjatuh dan mengurungkan niatnya untuk belajar naik sepeda.
Keesokan harinya ia melihat temannya yang sedang asyik bermain sepeda. Setelah
melihat temannya,ia berpikir untuk mencoba belajar kembali, walaupun ia jatuh,
ia tetap belajar sampai ia bisa. Dan akhirnya setelah belajar, anak tersebut
telah mahir bermain sepeda.
Psikologi Pendidikan A
Devi Novia
Fany Sofy Ariski
Mhelsy Yuniar
Nur Aliya
Septiana Naibaho
Suci Pratiwi
Muhammad Agung
singgah ke blog temen sekelompok aku yaaaa :))) Melsy Yuniar Nur Aliya Devi Novia Agung Muh Taufiq Septiana Naibaho Fanny Sofy Ariski
Komentar
Posting Komentar